Selasa, 29 Mei 2012

Sebagai salah satu warga yang tinggal di kota besar, tentunya saya banyak menemui komplek-komplek perumahan, tempat wisata, kafe, restoran, atau fasilitas umum lainnya yang memiliki nama dalam bahasa Inggris.   Ga salah sih, tp mbok ya apa ga cukup dengan nama yang menggunakan Bahasa Indonesia? Toh ga susah dibaca juga kan? Jangankan fasilitas umum, nama bayi baru lahir pun ga sedikit yang diberi nama kebarat-baratan (nyatanya sampe sekarang jarang banget ditemui anak-anak asli pribumi bernama Paidjo, Jaenab, Mujiyo, Sulastri) -____- . Kalo dilihat sih kayaknya fasilitas umum seperti toko matrial yang tetap menggunakan nama berbahasa Indonesia, misalnya toko Sumber Berkah, Sumber Mulia, Jaya Abadi, atau apalah,hehe... Apa bangsa kita sudah terlampau dijajah dengan paham xenosentrisme berlebih? Atau malah gengsi bikin nama pake Bahasa Indonesia? hmm...okelah ya inggris-inggrisan kalo niatnya buat gaya-gayaan dan bisa membuat orang lain tertarik, lalu gimana kalo niatnya bener-bener ingin buat gaya tapi salah dalam penulisan ke dalam bahasa Inggrisnya alias kepedean? alhasil, malah bikin malu kan? 


Opini saya sih simple aja, gunakanlah apa yang sudah ada, jgn mengada-ada apa yang belum tentu ada, hahaha (apasih nih?) Sekian.

Minggu, 13 Mei 2012

Sukhoi oh Sukhoi

Sukhoi merupakan salah satu perusahaan pembuatan pesawat tempur militer ternama dari Rusia. Salah satu produknya ialah Sukhoi Superjet 100. Begitu mendengar nama ini, yang terbayang dalam benak kita adalah pesawat yang mengalami kecelakaan mematikan di Gunung Salak, Bogor pada hari Rabu 9 Mei 2012 sekitar pukul 14.32 WIB. Apalagi pesawat andalan Rusia ini merupakan pesawat yang sangat diharapkan dapat melenggang dengan gagah di udara setelah banyaknya peristiwa-peristiwa kecelakaan pesawat yang sering dialami oleh negeri beruang kutub tersebut. Terlebih lagi, Alexander Yablontsev, seorang pilot yang menjalankan pesawat yang tengah melakukan demonstrasi penerbangan atau joyflight ini bukanlah sembarang pilot. Yablontsev merupakan seorang pilot senior yang sudah memiliki lebih dari 10 ribu jam terbang.


Seorang pilot (kiri) dan co-pilot (kanan) berpose bersama dua orang pramugari sebelum joyflight cloter kedua.

Lalu apa penyebab utama terjadinya kecelakaan itu? Apakah murni human error? Atau memang ada kesalahan teknis pada pesawat? Bila memang benar terjadi kesalahan teknis pada pesawat, ini akan membawa dampak buruk pada penjualan Sukhoi Superjet 100 di Rusia.


Sukhoi yang baru saja take off dari Bandara Halim Perdanakusuma.

Kembali lagi pada realita kehidupan, segagah apapun pesawat itu, dan seprofesional apapun pilotnya, kita tetap tidak bisa menghindari kehendak Tuhan.  


Lambaian tangan terakhir co-pilot saat melakukan joyflight cloter kedua.